Cinemags
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop
No Result
View All Result
Cinemags
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop
No Result
View All Result
Cinemags
No Result
View All Result

Opini fenomena ungu dan Yuni

by nuty laraswaty
December 31, 2021
in Articles, Drama, Featured, Indonesia, Komunitas, Movie Articles, Movies, Pemenang Penghargaan, Reviews, Trending
Reading Time: 5 mins read
A A
0
yuni Kamila andini
Share on FacebookShare on Twitter

Sebuah film yang bermuasal dari kegelisahan Kamila Andini , saat ini menjadi buah bibir , rata-rata memberikan respon positif akan isyu yang dibawa. Film ini berjudul Yuni.

Deretan penghargaan pun berdatangan baik dari festival-festival Internasional , hingga nasional . Yuni dan warna ungu saat ini telah menjadi fenomena, terlebih juga dengan latahnya beberapa film mulai menggunakan warna ungu sebagai warna dominan pada film tersebut, hingga penonton yang terhanyut dalam warna ungu ini sendiri.

Baca juga :Film Yuni dan kegelisahan Kamila Andini

Piala Citra 2021

Dalam opini kali ini, hendak dibahas beberapa hal.

Apakah isyu yang disampaikan merupakan sesuatu hal yang baru ?

Penulis mengambil contoh satu satu momen , isyu mengenai perempuan yang memiliki kebebasan bertindak menurut dirinya. Sebenarnya ini telah muncul dalam segi lain di novel fenomenal Kabut Sutra Ungu karya Ike Soepomo. Disini karakter yang diceritakan adalah Miranti , ia bebas sebebasnya mempertahankan keteguhan hatinya di tengah perubahan zaman, sehingga gangguan dan gunjingan bertubi-tubi pun ia hadapi dengan tenang. Sosok Miranti terlihat tegar , namun sebenarnya hatinya hancur .

Namun cerita sebenarnya juga mengikuti kondisi dan tuntutan sosial budaya Indonesia di era itu, hingga menyesuaikan dengan tuntutan ini akhirnya Miranti diceritakan luluh hatinya oleh sosok pria yang berhasil mengambil hati anaknya.

Kemudian tahun 1979  oleh sutradara  Sjumandjaya,  diangkat ke layar lebar dengan judul Kabut Sutra Ungu  serta dibintangi oleh Yenny Rachman dan Roy Marten . Film berhasil meraih beragam penghargaan , hingga akhirnya film “Kabut Sutra Ungu” dinobatkan sebagai film nasional yang mengetengahkan psikologi secara berhasil (Rendy Sugiyat dalam Majalah Meia Karya No. 20, 11 Oktober 1985 dalam rubrik Seni dan Budaya).

Masih banyak contoh judul dalam media film lainnya yang dapat diungkapkan, namun untuk mempersempit, fokus adalah pada yang menjadi perhatian utama yaitu wana ungu, isyu dan karakter perempuan.
Kegelisahan Kamila Andini yang telah berlangsung bertahun-tahun
Melihat ke belakang , jauh sebelum film pertama The Mirror never Lies  dan film kedua Sekala Niskala,  terdeteksi dalam suatu postingan , kegelisahannya melihat “nasib” perempuan di tanah air .
Namun saat itu Kamila Andini masih berproses , sebagai puteri dari Garin Nugroho, terasa ia mendapatkan sorotan  serta bisa jadi harapan lebih agar hasil karyanya nanti akan seperti ayahnya. Semua hal ini menjadi suatu hal yang membingungkan, perlu “jam terbang” lagi untuk memahami apa yang sebenarnya ia inginkan.
Yuni sendiri sebagai film yang mencerminkan pemikiran Kamila Andini, mesti dapat berdiri sendiri, film sebagai komoditi hanya dapat berkompromi dalam ruang terbatas, tidak dapat menyentuh pemikiran, kreasi Kamila Andini sebagai seorang kreator, dapat dikatakan dalam ruang ini, ia perlu kebebasan sebebas-besanya, ini terlihat dari pemilihan team yang mengerti dirinya dan mampu bekerjasama sesuai pemahamannya . Kamila Andini harus lepas dari “hantu pakem” yang berada di sekeliling sineas.
Perjuangan untuk  pengenalan proyek Yuni pun , nampak bermunculan di sela-sela promosi film Garin . Kucumbu Tubuh Indahku, serta juga  “road show” Sekala Niskala .Namun pada ajang road show ini sudah mulai terpancar warna semburat ungu , seolah pertanda Yuni sedang berjuang untuk muncul.
Berikut ini adalah contoh pengenalan proyek Yuni

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Kamila Andini (@kamilandini)

Hingga akhirnya setelah proses pembuatan dan pemutaran di beragam festival di dunia disertai keberhasilan memperoleh penghargaan, Yuni mencatatkan prestasi di Indonesia melalui ajang FFI ,Arawinda Kirana pemeran Yuni mendapat penghargaan sebagai Pemeran Utama Perempuan Terbaik. Berlanjut pada putusan Komite Seleksi Oscar Indonesia (The Indonesian Oscar Selection Committe)  memilih film “YUNI” sebagai wakil resmi Indonesia untuk berlaga di ajang Piala Oscar ke-94 tahun 2022 untuk kategori The International Feature Film Award.

Baca Juga:  Poster Paws of Fury Menampilkan Karakter Utama Film Animasi Tersebut

Mengenai banyaknya warna ungu diterapkan pada film Yuni, dengan lugas telah disampaikan oleh Kamila Andini bahwa , ” Kehadiran Ungu sebagai hantu, obsesi dan kepemilikan Yuni sebagai perempuan kemudian bukan sekedar treatment , tapi juga kata dalam dialog, cerita dalam karakter, keperempuanan dalam masyarakat dan juga emosi dalam perjalanan Yuni menuju sebuah kata yang asing:dewasa”

Jika kembali pada isyu kebebasan ala Kabut Sutra Ungu di atas, nampaknya karakter perempuan dalam masing-masing film ini menuju dalam suatu proses ke depan yaitu pendewasaan.

Namun bisakah jika sejenak ini disederhanakan saja, bahwa warna ungu sebenarnya adalah warna personal dari sosok Kamila Andini sekeluarga , sehingga menjadi sesuatu yang wajar jika pemilihan warna pada suatu cerita yang personal akan termunculkan saja mengalir apa adanya.

Kembali ke perjalanan Yuni, walaupun film ini tidak berhasil masuk ke dalam ajang bergengsi Oscar, harapan pun telah tumbuh akan pintu yang kembali telah dibuka lebih lebar.

Tinggal ke depannya, bagaimana sineas-sineas melepaskan diri sebebas-bebasnya , ini juga mencakup para penonton film di Indonesia yang juga dapat membuka diri sebebas-beasnya dari “hantu pakem” film Indonesia yang selama ini membelenggu pemikiran dan selera menonton. Sehingga jika ada sebuah film yang melanggar “hantu pakem” tersebut, labelisasi pun segera bermunculan dan viral , membuat sineas yang membuatnya merasa seperti bertemu dengan tembok kasat mata.

Pada akhir penutup artikel yang terpangkas ini, (karena artikel panjang akan terasa melelahkan dibaca ) , harapan penutup tahun 2021 ini film Yuni dapat menjadi suar untuk kebebasan para kreator dan penikmat film di tahun-tahun mendatang.

(nuty laraswaty)

 

Tags: Kamila AndiniUnguYuni
Previous Post

Mencuri Perhatian di The Red Sleeve, Ini Fakta tentang Kang Hoon

Next Post

Serial Horor Korea All of Us Are Dead Tayang 28 Januari di Netflix

Related Posts

Saluran Streaming Khusus Elvis Presley Diluncurkan
Barat

Saluran Streaming Khusus Elvis Presley Diluncurkan

29/06/2022
The Invitation
Barat

Nathalie Emmanuel Terjebak dalam Pesta Pernikahan Seram di Trailer The Invitation

29/06/2022
Jurassic Domination
Action

Ini Dia Mockbuster dari Jurassic World: Dominion, Jurassic Domination

29/06/2022
Thirteen Lives
Barat

Trailer Thirteen Lives Ungkap Peristiwa Menegangkan yang Menyatukan Dunia

29/06/2022
Next Post
All of Us Are Dead

Serial Horor Korea All of Us Are Dead Tayang 28 Januari di Netflix

Follow on Instagram

Popular 24 Hours

  • Sebelum Nonton, Kenali Dulu Ragam Kelas di Bioskop CGV

    Sebelum Nonton, Kenali Dulu Ragam Kelas di Bioskop CGV

    12066 shares
    Share 4826 Tweet 3016
  • 10 Film dengan Konten Dewasa yang Bisa Kamu Tonton di Netflix (US)

    7723 shares
    Share 3089 Tweet 1931
  • Rekomendasi Tayangan Terbaru Netflix Indonesia Edisi Juli 2022

    429 shares
    Share 172 Tweet 107
  • One Piece Film: Red akan Dirilis Secara Global!

    428 shares
    Share 171 Tweet 107
  • Sepuluh Serial Televisi yang Banyak Mengandung Konten Seksual

    2018 shares
    Share 807 Tweet 505
Cinemags

© 2021 Cinemags

Information

  • About Us
  • Advertise
  • Privacy Policy
  • Contact Us

Follow Us

No Result
View All Result
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop

© 2021 Cinemags